BUNGA RAMPAI: DELAPAN RAJA SATU RATU

Monday, November 9, 2009

DELAPAN RAJA SATU RATU

Tengah malam telah lewat
Waktu bertahan telah habis
Besok
Aku akan ku temui kau tuan penguasa perapian Bumi Karaeng
Kau tahu
Aku telah menunggu Empat purnama
Menahan pisau hatiku agar tidak terbuka merobek tubuhnya
Tetapi Tuan penguasa Bumi Karaeng seolah telah bersumpah
Baik kataku
Biarlah aku pergi pada puri
Dimana Insan katanya punya Kasih
Besok pagi sekali akan kukenakan kasut pertempuran denganmu
Akan kuperangi semua yang ada yang tersisa
Jalan pikiranmu yang paling sempit akan kututup

Bila pagi esok datang
Bukalah semua pintu
Semua
Jangan ada tersisa satu pun tidak
Datanglah kehadapanku wahai kau penguasa perapian Bumi Karaeng Kuberitahu
Ada delapan penguasa bumi di Asih
Bahkan sembilan
Ada Dua penguasa Bumi yang kutundukkan
Tapi ketahuilah wahai penguasa Bumi Karaeng
Kau lah
Penguasa Bumi yang paling bodoh lagi paling lemah
Haruskah engkau kuperangi
Haruskah engkau mengorbankan ratusan ribu tentaramu demi aku
Demi seorang tentara yang terbuang dari peperangan
Demi seorang manusia yang benci akan hidupnya sendiri
Demi seorang manusia yang telah lupa asalnya
Demi serang pemuda yang tidak menemukan tujuan hidupnya
Sial
Sial kau wahai penguasa perapian Bumi Karaeng
Telah kau gali Kapak perang
Telah kau asah Pedang dan panah
Telah kau bangun Benteng Somba Opu
Berdirilah
Bukalah matamu selebar wajahmu
Agar jelas penglihatan mu
Dapatkah pedangmu melukai aku
Apakah panahmu secepat sinar mataku
Kokohkah bentengmu di hadapanku
Tidak
Sama sekali tidak
Gerakan jariku robohlah betengmu
Kibasan tanganku runtuhlah panahmu
Pergilah kau wahai penguasa Bumi Karaeng dengan menangis
Cukuplah itu bagiku
Tetapi
Janganlah tertawa di depanku
Janganlah bersuara didepanku
Akan kubangun Puri didepanmu
Dan pisaumu akan mampu robek tubuhku
Pergilah pergi dan menangis.
Iapun menangis tetapi aku terbakar dalam api cemburunya hingga aku ditarik dalam hitam terbakar

Bertanyalah dia
Ratu sembilan bumi

Hambaku

Telah ku bukakan pintu gerbang menuju bumi
Telah kuutus Panglima Panglima kerajaan melatihmu
Bahkan menjagamu siang dan malam
Mengapa engkau menghianati aku
Bukankah cukup upah yang kuberikan padamu

Sambil mendengus ia berpaling

Aku terdiam

Lalu tanyanya

Berapakah upeti pada Ratu Puri sembilan bumi
Jawabku
tiga puluh tiga juta bintang jatuh dihadapan ratu
Tidak
Sergahnya geram

Lima puluh enam juta
Benar yang mulia,
Tiga puluh tiga untuk tahun lalu belum kupenuhi
Jawabku perlahan

Engkau tidak berguna bagiku, katamu dalam hati
Benakmu berjalan
Ada seribu lembu yang dapat melakukan tugasmu
Aku diam
Mataku menjawab
Benar
Seribu lembu bisa engkau kumpulkan detik ini
Seribu kerbau dapat kau datangkan seketika
Tetapi tak satu keledai seperti aku yang dapat kau pegang
Mengapa kau katakan aku menghianatimu
Siapakah aku dihadapanmu sehingga aku dapat menghianatimu
Sanggahku dalam hati

Tiba tiba
Ratu sembilan Bumi memutus pembicaraan seribu hati
Cukuplah sudah
Lusa aku akan membuat titah
Pergilah
Dan aku beranjak sejengkal demi sejengkal dan meminta bayanganku mendahului tubuhku diluar pintu
Menatap satu demi satu mata tertegun yang tertuju padaku
Diluar Istana
Sesayup berbisik

Panglima Puri sembilan bumi berkata
Keledai tolol,
Pergilah menuju matahari bertanyalah padanya apakah ada makhluk ditanah pernah mati
Adakah kematian menunggu bila engkau tinggalkan Bumi
Maka jawabku,
Tak satupun makhluk tanah mati
Bahkan menutupi sinarnya juga hidup
Dengarlah panglima,
Aku tidak memiliki hutang
Aku bekerja padamu bukan mengemis
Dan upah yang kau bayarkan padaku adalah sebesar tenaga yang kuberikan padamu bahkan lebih.
Jangan pernah menghitung budi padaku
Tak satupun pernah ku terima budi darimu
Cam kan itu…
Aku mengerti.. .
Bahwa kau merasa memberikan budi padaku
Bahwa aku dan puri tidak saling mengenal
Pikirkan ini . . .aku tidak menghargai budimu
Sebab telah kubayar puri dengan tenagaku Link

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

Link pesta sarumpaet online counter

Web Site Hit Counters
Dell Canada Store