BUNGA RAMPAI: Anak Sulung Ibuku

Wednesday, March 10, 2010

Anak Sulung Ibuku

Aku anak sulung ibuku yang ditumpangkan harapannya pada bahu rapuh untuk mengais ladang di negeri orang

Ku akui
Prim dialah gadis yang pernah memberiku indah dalam bayang bayang hidup
Yang memberikan arti belahan jiwa walau sesaat
Aku menurutinya
Menuruti cintanya membimbingku dijalanan dalam aroma yang tak pernah kurasa itulah cinta hampa yang kepadanya ku simpan harapan
Cinta yang tumbuh dari kebosanan dan keinginan untuk mencari hal baru dan berakhir menjadi deritanya.
Aku bertanya apakah ini cinta yang dipuja manusia sebagai anugrah
Cinta yang menuntunku beriringan tanpa punya perasaan tapi kepadanya aku menggantungkan jiwaku untuk kemudian terhempas lepas.
Dan akupun pergi melalui setapak hati yang dingin sebab tak kutemukan cinta yang membuatku dapat merasakan kehangatan dan mengantarkanku kedalam lembut malam dengan impian indah.
Kau gadisku gadis yang pernah meneteskan air mata dipangkuanku Kau gadisku yang pernah kudekap erat dalam tubuhku,yang menyirami bunga dihamparan jalan ku
Maafkan aku tak dapat membawamu kehadapan ibuku kehadapan bangsaku.
Ucapkanlah bahagiamu dengannya. Kasihku akan selalu menyertaimu.
Kubawa langkahku tak menjejak tanah
Dukaku menembus batas merobek kulit hatiku.
Dimanakah tambatan hatiku menunggu. Kekasihku yang diam menatapku dengan ibanya menangis dalam hati.
Kucari kasihku disela sela hatiku yang tertutup dari terik matahari tapi tak kutemukan. Dimanakah kasihku menunggu.
Kekasihku yang sabar menanti satu uluran tangan dan membimbingku dalam dekap hangat hembusan nafasnya yang penuh kasih.
Dan bilamana satu hembusan angin datang berlarilah aku hingga batas air dan berteriak.
Telanlah aku wahai samudra raya dan jangan kembalikan kepada cahaya.
Tetapi kau datang dengan kasihmu yang menuntunku pada perjuangan mencari matahari.
Kau datang dengan kebahagiaan karena deritamu membuahkan cinta dalam hidupku, menikmati dirimu menjadi sandaran kenikmatan hidupku, menjadi alas dari setiap hembusan nafasku.
Bunuhlah aku isteriku
Aku tak mampu melihatmu berbahagia dengan penderitaanmu.
Tidak dan jangan ucapkan lagi... sebab kebahagiaan seorang wanita adalah menjadi derita itu sendiri yang berubah wujud dalam pandangan kehidupan. Seumpama benih pepohonan yang matang dan jatuh ditanah dan kemudian menjadi sumber kehidupan pada pohon lain.
Itulah seorang wanita.

Labels:

Link

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

Link pesta sarumpaet online counter

Web Site Hit Counters
Dell Canada Store